Kitab wajib buat kamu yang mau belajar bahasa inggris di pare tahun ini


Gumul, Pare kampung inggris
Malam itu, 2 minggu menjelang bulan ramadhan, nuansanya tepat seperti hari ini. Orang tuaku sedang berada di luar kota. Mamah di Jakarta, bapak di jawa. Di rumah, hanya bersisa aku dan kakakku. Kami sering ditinggal berdua di rumah, sudah biasa, ditinggal dari kecil untuk urusan pekerjaan orang tua. Beberapa waktu sebelumnya, ayu salah satu temanku menginginkan pergi ke kampung inggris, belajar bahasa inggris dengan metode “pemaksaan”. Mau gak mau, kita harus bicara bahasa inggris, kepada siapapun. Karena disana, mutlak semua orang memang datang untuk belajar, dan jangan khawatir kamu takkan disangka sombong dan sok jago karena nyeplos pake bahasa inggris yang ngawur dan so british.

Aku memang bukan orang yang selalu semangat diawal, kutanggapi datar awalnya. Hanya mengiyakan dengan keyakinan hanya 50%. Waktu kian berlalu, ayu pun terus mengkonfrimasi mengenai keberangkatan ke pare. Dirinya mengatakan akan bertemu denganku disolo. Ayu pulang kampung duluan katanya, kampusnya kebetulan lebih cepat libur daripada kampusku.

Janji adalah harga mati yang harus kutepati apapun resikonya, tanpa konfirmasi ke ayu lagi, ku niatkan untuk berangkat ke pare. Mulai memesan tiket ke indomaret langsung keberangkatan dari kiaracondong ke Kediri. Dulu sebelum BBM naik dan harga tiket masih terbilang murah. Kisaran 80 ribu atau 100, lupa tepatnya tapi tak lebih dari 100. 4 hari sebelum keberangkatan ku pesan tiket menuju tempat tujuan Kediri.

Kebiasanku ketika travelling, memang tak pernah bilang kepada orang tua ketika pergi. Selain khawatir tak diizinkan, ibuku termasuk orang yang rewel dan detail. Niatnya ingin simple ketika pergi, bisa jadi ribet dan panjang urusan. Seisi lemari dan rumah bisa dibawanya untuk memastikan aku tak kekurangan apapun.

Beruntung saat itu, orang tua sedang tak ada, kakaku bukan orang yang doyan Tanya-tanya. Aku hanya meminta untuk diantarkan ke stasiun. Pasalnya, keretaku berangkat pukul 20.30 dan pukul 20.00 aku masih di rumah. Paniklah aku dan segera mengomeli kakaku yang luar biasa lama untuk sekedar dandan agar tampak charming menuju stasiun. Kakak takkan fashion show, hanya mengantarkan adiknya belajar. Berharap ada gadis Cantik yang melirik dirinya dan dianggap bijak karena begitu baik mengantar adiknya. Ganjen!

Tergopoh-gopoh membawa koper yang begitu beratnya menuju ke stasiun. Kakakku hanya menyemangati dan berdoa, tanpa membawakan koper. Dia hanya menyimpulkan senyum dan berlalu lalang dengan motornya. Aku yang kerepotan membawa koper, dompet yang berisi tiket dan KTP. Untung saja tidak tercecer dan aku tepat waktu! Yeay

Keretaku sudah menunggu untuk kunaiki, ya beserta penumpang lain tentunya. Banyak porter yang menawarkan bantuan untuk membawa koperku. Namun ku tolak, aku adalah wonder women, tepatnya gadis yang sedang berhemat. Mahal soalnya. Hehe

Kereta berkelas ekonomi kini, memang sudah nyaman. Tak ada pedagang, bersih dan kursinya pun  cukup nyaman. Meski terkadang kamu harus melihat kursi yang seharusnya kamu duduki ditiduri oleh penumpang lain yang sedang selonjoran. Namun, cukup bilang permisi dan semuanya selesai.
Koper sudah kuletakan diatas tempat penyimpanan barang, aku pun sudah terduduk rapi, mulai berdoa dan memakai hands free lantas mendengarkan musik. Ku tengok jam di handphoneku, sudah larut malam. Biar besok saja ku tlp ibu, untuk memberitahukan bahwa aku sedang perjalanan ke Kediri untuk 1 bulan. Itu artinya, menghabiskan 2 minggu berpuasa disana. Tidak di bandung.

Kalau saja kamu bisa ditarik, ibu tarik lagi ke bandung
Keningku menkerinyet panas, ternyata diluar sana sudah pagi. Pukul 10.00 tepatnya, hamparan sawah, ladang ku lihat sepanjang jalan. Ternyata aku sudah meninggalkan bandung dan tertidur lelap akibat tergopoh-gopoh semalam. Sampai lupa, aku belum telepon ibu, untuk izin sekaligus memberitahukan bahwa aku sudah dikereta.

Dua kali nada dering, baru ibuku menjawab.
“halo mamah gendut yang manis,” aku pun merajuk
“ada apa pah, mamah sebentar lagi pulang,”. Lugu ibuku, yang mungkin sedang tertidurr pula di bus menuju ke bandung
“mah, aku sekarang lagi dikereta, menuju Kediri jawa timur. Sebulan disana, mau belajar bahasa inggris, sekarang udah dikereta,”. Ujarku tak yakin
“astagifrullah ipah, sebulan disana? Puasa disana? Kamu bawa apa aja? Andai kata ada tambang yang bisa menarik kamu untuk balik ke bandung, mamah tarik. Kalo udah kayak gini, apa yang mau dikata, mamah izinkan. Hati-hati, banyak makan, bla bla bla ….. “.

Mamah memang begitu perhatian, sudah umur segini masih dibuatkan sarapan dan makanan laiknya anak kecil. Jangan Tanya soal cerewetnya, juara! Kadang bandelnya aku, kalo mamah sudah datag cerewet speaker handphone sering kujauhkan dari telinga dan menunggu mamah menutup teleponnya sendiri (jangan ditiru).

Akhir kata, izin sudah ditangan. Kini tinggal telepon ayu, aku ingin mengabari bahwa aku sedang perjalanan menuju Kediri, nanti pasti transit di solo. Agar dia segera naik dan bergabung bersama dalam perjalanan yang indah.
“tut.. tut.. tut…”
“tut .. tut.. tut…”

Kekhawatiran mulai muncul, ayu tidak segera menjawab telepon. Padahal beberapa jam lagi aku akan sampai solo. Parahnya, aku memang terlalu menggantungkan hidupku dalam perjalanan kepada ayu. Aku tak tau harus naik apa lagi dan melakukan apa ketika tiba. Semua kupercayakan pada ayu. Tapi …
Beberapa saat kemudian, dalam pesan singkatnya, ayu membalas pesanku. Dirinya meminta maaf tak bisa menyusul hari ini, karena ada masalah keluarga yang amat penting harus diselesaikannya, dirinya akan menyusul 2 minggu lagi. Dia berjanji akan menyusul.

Gemetar aku membacanya, kecewa dan lengkap sudah perjalanan. Karena masalah serius, aku tak tega untuk melarang. Secepat awan menderu, aku langsung membuka fanspage kampung inggris, disana banyak info mengenai harus naik apa dan melakukan apa ketika di pare.

Singkat cerita, setelah berselancar ria, aku mendapati beberapa kesimpulan menuju pare, ini bisa menjadi referensi teman-teman yang akan melangsungkan liburan untuk belajar bahasa inggris disana, ini dia J
  1. Cari tempat tinggal dulu yah, kalo mau kebiasaan pake bahasa inggris dan punya banyak temen, pilih camp. Jangan kosan. Perbedaan keduanya adalah camp berisi 10 orang di dalam satu rumah. Satu kamar bisa berdua bahkan bertiga. Kalian akan diwajibkan berbicara bahasa inggris oleh tutor di camp. 24 jam harus berbicara bahasa inggris. Selain itu, ada program bonus dari camp biasaya program vocab, karena kita sudah memesan camp disana. (tips: dulu, aku ga pake program di tempat camp aku berada, aku cuman tinggal di camp itu, tapi ambil banyak program di tempat lain, biar variatif dari segi tutor dan banyak temen). Pilih camp aja, nanti kalo program bisa diambil ketika nyampe sana. Jangan takut kehabisan.
  2. Teman-teman harus memastikan mengenai transportasi apa yang akan digunakan untuk menuju Kediri. Kalo dari bandung, cukup menggunakan sekali kereta, tapi ujung keujung. Sakit pantat (maaf), pegal hingga kesal pasti ada. Tapi, namanya perjalanan pasti menyenangkan. Luangkan waktu untuk mengobrol bersama penumpang lain. Jangan malu, kalo beruntung bisa mendapatkan teman pejalanan yang menyenangkan. Ganteng, pinter dan rute sama. Sip. Asal, jangan semua orang ditanyai yah, nanti disangka aneh. Gunakan kereta, selain lebih murah, langsung ke tempat tujuan. Kiaracondong-kediri. Tiket bisa dibeli di indomaret (satu hari sebelum keberangkatan), selain nyaman karena gak usah ngantri, bisa beli kapan saja. *kena biasa tambahan 7500 kalo ga salah.
  3. Setelah naik kereta, turun di Kediri. Di stasiun paling terakhir. Teman-teman tinggal melirik kiri dan kanan, pasti ada bapak-bapak separuh baya yang akan menawari bentor (becak motor). Naik saja, jangan terlihat bingung. Biar gak terlalu dimahalin. Meskipun ujung-ujungnya mereka paham pula kalo kita sok-sokan tahu, dan sok-sokan pake bahasa jawa yang disundakan. Naik bentor sampe pengeteman angkot “P”. kurang lebih 15 ribu (sebelum BBM naik)
  4. Nah, setelah naik bentor dan berasa bule, kalian langsung saja naik angkot yang berlambang “P”. hanya satu-satunya. Nanti akan bergabung didalam bersama ibu-ibu yang baru saja dari ladang atau dari pasar, kalo beruntung, bakal bareng juga sama anak yang sama-sama akan ke pare juga. Di angkot, kalian akan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam. Cepat kok, gak macet. Kan udah jalan desa. Bayarnya juga kurang lebih 15 ribu. Minta diturunin di tempat les yang cukup terkenal dan dipinggir jalan disana. Biasanya diturunkan di depan peace.
  5. Setelah tiba, saatnya kalian menuju tempat camp. Harus naik beca lagi, karena ga tau kan jaraknya bakal sejauh apa. Meskipun sebenernya deket, tapi diputer-puter karena ga tau dan akhirnya bayar mahal. 20 ribu dulu bayarnya.
  6. Akhirnya, nyampe di camp.

Setiba di camp, aku langsung menyimpan koper dan bertanya, transportasi apa yang biasa digunakan untuk bepergian disini. Penjaga campku bilang, “sepeda”. Wow, jadi semua orang yang ada di pare akan menggunakan sepeda untuk bepergian. Untuk les, jalan-jalan bahkan mencari makan. Segeralah aku diantarkan mencari penyewaan sepeda. Sebelumnya, aku meminta untuk diantarkan ke ATM dulu. Sebaiknya kalian membawa uang tunai lebih. Atm nya cukup jauh, apalagi aku pengguna BCA. Repot nantinya. Kalo pake sepeda, bisa gempor kaki kalian karena mengayuh.

Sepeda disana disewakan perbulan. Banyak yang membuka penyewaan. Bisa sepeda fixie, ontel, BMX, bahwa MTB. Biasanya sepeda kumbang yang dipakai, agar ada keranjang untuk menyimpan kamus dan tas. Harganya murah, hanya 100 ribu/bulan. Sudah termasuk biaya service apabila ada kerusakan. Itu pasti gratis.

Mencari tempat les
Aku memang mencari tempat les ketika aku nyampe di pare. Kalo pesan di web, pasti bilangnya penuh dan low respon. Kalo datang ke tempatnya, kalian langsung dilayani, bayar dan langsung mendapatkan kursi dan modul.

Targetku ke pare memang untuk meningkatkan kemampuan speaking. Grammar sedikit saja lah. Oleh karenanya, aku mengambil 5 program di tempat yang berbeda. (program speaking sangat direkomendasikan buat kamu yang mau belajar PD buat ngomong, jangan ambil grammar).

Aku mengambil speaking tingkatann bridge di peace, untuk 2 minggu. Mengambil grammar 1 dan 2 di kresna, speaking lagi di dafodils dan speaking tingkat lanjutan di peace dan kelas pronounciation. Bila kalian Tanya mengenai harga setiap program, aku pun terkejut dengan harganya. Murah sekali. 75.000/2 minggu dan 125 ribu/bulan. Tapi untuk dafodils, aku harus membayar 125/2 minggu. Dafodils memang tempat les yang selalu diburu oleh para pengunjung. Metode belajarnya memang bagus, tutornya interaktif, speakingnya keren. (tips : jangan ambil tingkat speaking yang paling rendah yah, langsung ke medium aja, biar kamu dipaksa bisa dengan teman2 yang lebih jago dikelas, ini buat percepatan)

Aku suka cara pengajaran di PEACE, dafodils dan kresna. Interaktif, seru tutornya asik, bayak games dan kita memang dipaksa dan dibiasakan ngomong. Gakkan ada yang ngetawain, bebas ekspresi dan benar-benar mendukung untuk belajar, serius ini gak lebai.

Makanan dan jalan-jalan
Kamu gakkan kelaparan soal makanan disini, buanyak banget, enak dan murah. Buat yang pernah ke pare, pasti sering makan di warteg yang cuman 4000 doang udah bisa dapet sayur, telur dan kuah kan? Enak dan hemat. Jadi, semua pengeluaran kamu itu tergantung kamu sendiri. Kalo jajan di tempat yang tepat, pasti hemat. Kalo jajan di tempat yang salah, ya bisa membengkak pengeluaranmu sebulan disini.

Soal tempat nongkrong, ada café classic di pare yang akan menyediakan coklat panas buat kamu dengan potongan coklat besar diatasnya dan hanya berkisar 6000 saja. Cukup fantastis bukan untuk ukuran nongkrong di pare? Ditambah dengan nuansa lampu kuning, kursi bambu semakin menambah nuansa kalsik dan nyentrik nongkong disini.

Jalan-jalan? Buanyak banget juga. Biasanya, setiap akhir minggu tempat les bakal mengadakan acara jalan-jalan murah. Entah itu ke bromo atau pemandian air panas, atau ke gua. Dulu, ke bromo bersama rombongan bisa 75 ribu. Aku gak ikut sih, karena niat uangnya dipake buat beli novel.
Ah iya, disana juga ada toko buku yang lengkap, kamu harus pake kamus oxford kalo disana, harga 10 ribu. Koleksi novel lengkap tambah memanjakan mata, aku beli koleksi lengkap tetralogy buru hanya 125 ribu.

Masih banyak hal yang ingin diceritakan, mulai dari kamu bisa jalan-jalan ke gumul pake motor (sewa harganya 100 ribu/hari). Liat replica pintu di paris dan hanya ada di Kediri. Merasakan sensasi tarawih di kampung inggris, nuansa sahur jamaah bersama teman-teman les lain di warteg sana. Keluar naik sepeda jam 3 pagi plus ketemu banyak sekali teman-teman dari seluruh penjuru daerah. Bahkan aku ketemu dosen ITB yang sekelas di les speaking kemarin. Wow
Intinya, kamu harus berani untuk bisa jalan-jalan sendiri, asik kok. Tak kan terjadi apa-apa selagi kamu berhati-hati dan mencari info sebanyak mungkin. Oh iya, ayu menyusul 2 minggu kemudian, diantar ayahnya ke Kediri. Ibu saking khawatirnya mengirimkan paket untukku ke Kediri, meski hancur makannya, tapi ada kue dan roti yang masih bisa ku makan.
Dan terkahir, aku pulang 2 minggu sebelum lebaran, mampir ke jogya dulu, baru ke bandung. Main di jogya lagi. Hehe

Rasanya aku merindukan suasana disana, merindukan adzan jam 2 siang, merindukan nonkrong murah, merindukan naik motor malam-malam sepi, merindukan berbicara bahasa inggris setiap hari, tanpa dianggap sok jago dan aneh. Disana lumrah.

Jika kamu butuh info lanjut dan saran, boleh menghubungi line dan instagramku yah. Line :ipahrosipah
Goresan dalam petang, ditulis dalam kondisi sedang mendengarkan music pop di tempat nongkrong kesayangan di jalan sunda karena salah masuk kuliah yang harusnya libur.

Jumat, 15 mei 1 :03

Komentar

D. Ayu Yunitaningrum mengatakan…
curang... kok cuma bagian awalnya doang cerita tntg ayu kan image.nya jadi jelek :))
Unknown mengatakan…
Wkwkwkwk, orang yang ditulis muncul.

Postingan populer dari blog ini

4 lokasi cetak kain (sublimasi) dan lokasi hits beli kain polyester di Bandung. Cocok untuk pengusaha produk custom

Enam Rekomendasi Wedding Souvenir dengan harga 10-ribuan!

Manusia pertama di bumi dan Kehebatannya