Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Hari ke 6 || Inilah satu-satunya mesjid di Jeonju-Korea selatan

Gambar
Bagaimana bisa membuat mereka mencintai agama islam dan tidak berpikir kita ekstrimis bila baru saja sedikit mereka tidak memahami, kita langsung mejustifikasi bahwa mereka ingin intervensi, - Goresan petang - Masih ingat di kisah sebelumnya ketika aku menceritakan mengapa aku datang untuk kedua kalinya ke mesjid jeonju bersama Songhye? Membuat aku kembali berbincang lebih intensif bersama Abu bakar dan berdiskusi lebih bersamanya mengenai islam dan muslim. Berikut aku paparkan bagaimana kisah awal kunjungan ke satu-satunya mesjid yang ada di provinsi Jeonju, Korea selatan. Jauh sebelum keberangkatan, aku sudah berencana untuk menyusuri setiap jengkal jejak islam di korea selatan. Mulai dari mencari mesjid yang ada di kota yang akan aku kunjungi bersama rekan atau mencari komunitas muslim di provinsi ini. Akhirnya aku pun menemukan, ternyata di Jeonju, hanya ada satu satunya mesjid di provinsi ini. Aku bernafas lega dan merasa sangat beruntung. Harapanku ternyata terwujud

Hari ke 7&8 || Wisata alam dan makanan di Jeonju

Gambar
Kalo kamu masih suka underestimate orang, masih suka mengeluh dan enggan memperjuangkan mimpi kamu, mungkin kamu butuh jalan-jalan sendiri dan kesasar - GP Wallpaper Imsil Philabong Village     Gunung Ji-an Mai Entah mengapa, selama disini tidak mengalami Homesick , mungkin karena kondisi geografis Jeonju dengan bandung tidak beda jauh. Sepanjang perjalanan yang hijau, masih terasa nuansa pedesaan dan begitu asri. Jadi bikin betah tambah lama disini. Suka nonton drama korea? Nah, gunung ini pernah dijadikan salah satu lokasi syuting drama korea. Jelas kalo tidak ditanya judul, aku tak akan tahu. Perjalanan menggunakan bus untuk menuju tempat ini kurang lebih 1 jam. Setibanya dilokasi aku ngerasa dejavu sama lingkungannya. Sedikit mirip tampilan depan gunung tangkuban perahu. Gunung Ji-an Mai, gunung yang memiliki bentuk seperti telinga kuda bila dari kejauhan. Untuk menuju kesana, kita harus berjalan kurang lebih 30 menit menyusuri jalanan yang sedikit menanja

Hari ke 9 || Ini alasanku memutuskan untuk kembali ke Mesjid Jeonju lagi.

Gambar
“Kami tertawa sepanjang perjalanan. Dalam benak aku berpikir, ternyata tak ada masalah dengan perbedaan, kita hanya perlu saling mengerti, saling mendengar dan duduk bersama. Tak akan ada permusuhan apalagi pertumpahan darah. Aku merasakannya, menjadi orang paling berbeda secara keyakinan dengan mereka semua tak mengurangi batas persahabatan dan esensi diantara kami”   Abu Bakar - Ipah - Songhye di Mesjid Jeonju Jum’at lalu menjadi hari yang tak bisa aku lupakan selama perjalananku ke korea. Kejadian yang membuat aku sama-sama bingung, mendefinisikan toleransi dan hidup bedampingan dalam beragama. Aku sudah terlalu terbiasa hidup dalam mayoritas, ini adalah pengalamanku pertama merasa ketika sholat pun susah, waktunya tak selalu tepat, kadang disatukan, seringkali diringkas. Kali ini permasalahnnya, karena salah paham mengenai sholat jumat. Kisah lengkapnya jelas akan muncul dihari khususnya tiba, kali ini aku hanya akan becerita mengapa aku harus kembali lagi ke Mesjid

Hari ke 10 || Festival bunga rose di Gokseng VIilage

Gambar
  Gokseng Village Setiap hari selama lebih dari 10 hari, para mahasiswa mengikuti pembelajaran bahasa korea selama 3 jam setiap hari. Chonbuk National University (CBNU) memiliki satu lembaga khusus untuk memfasilitasi para foreigner dari berbagai negara untuk dapat mempelajari bahasa korea. Hampir 80% seluruh pembelajaran di kampus ini menggunakan bahasa korea, tak khayal, seluruh mahasiswa yang menginginkan belajar disini mutlak perlu fasih dalam berbahasa korea. Usai belajar, kami dijadwalkan akan melakukan perjalanan budaya ke Gokseng. Menurut Enjaeu dan Songhye, dua mahasiswa pendamping dari hubungan internasional CBNU, tempat tersebut cukup jauh, memakan waktu lebih dari dua jam. Kita dapat menikmati festival Bunga rose dan menikmati jalan-jalan di taman. Di luar dugaan, kami mengalami cuaca yang cukup terik. Panas tepatnya. Kening mengkerenyit, namun tak berkeringat. Hanya saja, mata kami semakin tertutup saking menahan silaunya matahari. Gokseng lebih tepatn