Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Kitab wajib buat kamu yang mau belajar bahasa inggris di pare tahun ini

Gambar
Gumul, Pare kampung inggris Malam itu, 2 minggu menjelang bulan ramadhan, nuansanya tepat seperti hari ini. Orang tuaku sedang berada di luar kota. Mamah di Jakarta, bapak di jawa. Di rumah, hanya bersisa aku dan kakakku. Kami sering ditinggal berdua di rumah, sudah biasa, ditinggal dari kecil untuk urusan pekerjaan orang tua. Beberapa waktu sebelumnya, ayu salah satu temanku menginginkan pergi ke kampung inggris, belajar bahasa inggris dengan metode “pemaksaan”. Mau gak mau, kita harus bicara bahasa inggris, kepada siapapun. Karena disana, mutlak semua orang memang datang untuk belajar, dan jangan khawatir kamu takkan disangka sombong dan sok jago karena nyeplos pake bahasa inggris yang ngawur dan so british. Aku memang bukan orang yang selalu semangat diawal, kutanggapi datar awalnya. Hanya mengiyakan dengan keyakinan hanya 50%. Waktu kian berlalu, ayu pun terus mengkonfrimasi mengenai keberangkatan ke pare. Dirinya mengatakan akan bertemu denganku disolo. Ayu pulang kam

Semua Orang Pasti Pernah Begini

Gambar
Senyumku tersimpul sempurna ketika ku sapu pandangan di pelataran parkir kampus. Kampus yang terlihat bersih dan indah. Sempurna berhenti ketika telah memarkirkan motorku rapi di samping sungai. Lengang, ku lirik tanggal dan jam di mobile ku, waktunya benar. Jumat, jam 7 pagi. Jadwal kuliahku yang hanya seminggu sekali sedari mengerjakan skripsi. Ku tengok kiri kanan, bapak parkir pun tak ada, motorku berbaris rapi, sendirian. Tanpa ada teman. Sial, ku menyeringai dalam hati, jangan-jangan … Ketika SMK kelas 2 Tak ada mbak’e, pedagang baso langgananku, atau tukang cilok dan petugas parkir jalanan. Sebelum ku menyadari semua, ku langkahkan kaki menuju kosan adik tingkatku. Letaknya tak jauh dari kampus, hanya perlu melangkahkan kaki beberapa jengkal untuk mencapainya. Ku buka gerbang coklat kosannya, tanpa ada rasa curiga. Ku tekan belnya, sekali, dua kali tak ada yang menyaut. Coba ku hubungi lewat telepon, sial. Tiba-tiba mobileku tak bisa melakukan panggilan. Entahlah. T

Reunitifikasi anak panti, masih menjadi ilusi

Gambar
Tak ada satu pun anak di dunia ini yang ingin berpisah dari keluarganya, tak peduli kandung atau sanak, mereka ingin berkumpul. Tak peduli punya atau tidak, semua anak suka pelukan, disayangi, diambil rapor tahunan sekolah oleh orang tua, hingga bercengkrama menonton siaran tv kesukaan di malam hari. Tak terkecuali bagi mereka, para adikku di panti asuhan. Namun, masih ada polemik, banyak, banyak sekali. Harus kian dipersiapkan oleh semua elemen, terutama bagi mereka yang kian seakan memaksa memulangkan mereka secara massal tanpa persiapan yang matang. Ini adalah awal kisah, adikku yang kucintai, ada dua orang, mereka wanita, berusia kurang dari 15 tahun, kini sudah tak melanjutkan sekolah kembali setelah tinggal bersama keluarga. Tak asing lagi menjadi alasan, mereka bekerja, untuk membantu keluarga, bermodalkan ijazah pinjaman dan uang bayaran untuk agen yang memasukan mereka, kini buruh pabrik menjadi sandangan baru untuk mereka. Berkali-kali kami bujuk, kami tawarkan