PART 1 | LANTUNAN MUEZZA


"Ali! tunggu, aku ikut. 

"Ayo lah bergegas, muadzin sudah menyeru beberapa kali, sebagai umat yang mengaku taat dan bertuhan, kita berhak menjawab panggilanNya,".

Bagian belakang sepatuku sempurna kuinjak tanpa kumasukan kakiku sepenuhnya, agar memudahkan untuk segera melangkah mengejar Ali yang sudah mendahului menaiki tangga. aku pun bergegas berjalan hampir berlari mengejar ketertinggalan, beruntung gamis semata kakiku sempat ku angkat beberapa mili agar tidak terinjak oleh kaki sendiri, beruntungnya kaos kaki panjang hingga lutut ini masih melindungi betis dari pandangan mata. mata Illahi maksudnya.

Rupanya magrib kali ini tidak sepenuh biasanya, cukup lengang, mungkin karena hujan yang cukup deras dan waktu kuliah yang sudah rampung di sore hari, saf pria pun hanya terisi dua baris. sepatu ku letakan di ujung tembok lantai mushola, niatnya agar tidak terinjak oleh jamaah lain, eh malah dijadikan pijakan oleh jamaah untuk menggapai sepatunya yang tak jauh dari sepatuku. nasib memang.

"Fabiaiala irabbikuma tukadziban,"
"Fabiaiala irabbikuma tukadziban,"
"Fabiaiala irabbikuma tukadziban,"

Langkahku terhenti, gerak ku menyingsingkan baju untuk mengambil air wudhu perlahan melambat. mataku melirik ke seluruh sudut ruangan mushola, pikiranku terfokus mendengarkan lantunan suara ayat illahi, merdu dan menenangkan, pelan dan meyakinkan. 

Maafkan aku tuhan, sebelum aku menghadapmu, pikiranku terganggu untuk mencari suara pelantun suara indah itu, semoga ini tidak menjadi dosaku di sholat nanti. aamin.

Ku sapu pandangan hingga ke sudut mushola, mataku berada di sela-sela tirai bolong hijab saf akhwat dan ikhwan, melirik ke seluruh sudut ruangan, mencari sumber suara sang pelantun merdu Al-Quran. 

"Oh ternyata, pria itu, masya allah, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan wahai manusia," syukurku.
Aku melewatkan sudut di bawah tirai bolong tempat aku mengintip rupanya, dia tak jauh nyata jaraknya, hanya beberapa meter dari tempatku mengintip. berkemja biru panjang dengan aksen batik di bagian lengannya, padu padan dengan jeans hitam longgar, duduk rapi bersila memegang alquran yang sedang dibacanya terlihat sempurna bagi siapapun mata yang memadang, ditambah sesekali dirinya mengibaskan poninya yang menghalangi mata yang kian tertunduk membaca lantunan. Sesekali terdengar sedih bergetar suara ketika melantunkan, namun beberapa kali terdengar begitu menekan, bersemangat, 

"Sungguh suara yang indah, tak pernah aku se-terharu ini mendengar pria melantunkan ayat dengan begitu khidmatnya, indahnya," bisikku pada diri sendiri.

"Astagfirlahaladzim, aku belum sholat, setelah salam nanti, akan ku beranikan untuk mendengar dan melihat pelantun itu dari dekat, aku janji!

Simpan sejenak suara merdu yang masih terbayar jelas dalam lamunan, beberapa kali aku beristugfar untuk meminta perlindungan kepada allah atas godaan yang begitu besar menimpa wanita yang sedang berusaha dekat padanya.

"Ku pikir ini setan jahat sekali, mengiangkan suaranya di tengah aku sedang berusaha khsuyu, pergilah kau setan yang melantunkan suara yang aku rindukan", gumamku dalam hati. ku lanjutkan sholatku hingga akhir dengan khusyu dan nikmat.

"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh'"
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh'"

Berdoa bersyukur atas nikmat sederhana yang allah berikan, memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan menjadi priotas dalam doa, terutama meminta allah untuk memberitahukan siapa nama pria itu, agar aku bisa puas stalker-in semua hal yang berkaitan dengan namanya, untung-untung langsung menemukan segala jenis media sosial yang dia miliki,. Istigfar ukhti, hijrah,  hijrah inget! 

"Muezza, Muezza ", seru salah satu pria dari pintu mushola,

Aku yang baru selesai bersimpuh, segera beranjak berdiri, mengintip di balik hijab wanita, karena seingatku saf tadi hanya dua baris, bila di kalkulasi dengan waktu aku meningtip, wudhu, bengong dan sholat, saf itu sudah bubar, berarti kemungkinan besar, hanya pria tersebut yang masih bertahan di mushola.

"secepat inikah allah mengabulkan doa untuk memberitahukan namanya?"

Ah betul rupanya, pria paruh baya dengan jenggot tebal dan berkacamata memanggil pria pelantun ayat merdu itu. pria tersebut beranjak pergi, memasukan alquran kedalam ransel miliknya, segera bergegas dan keluar musholla.

ternyata, ada makhluk lembut lain selain kucing nabi, mereka sama sama menggemaskan, yang satu kucing, yang satu pria tampan,

Iya, mereka sama-sama Muezza. aku hanya bisa menatap dari balik hijab dan membiarkan dia berlalu pergi. ah Ali! siapa pria itu?
-- bersambung --

Komentar

Anonim mengatakan…
Dinanti kelanjutannya

Postingan populer dari blog ini

4 lokasi cetak kain (sublimasi) dan lokasi hits beli kain polyester di Bandung. Cocok untuk pengusaha produk custom

Enam Rekomendasi Wedding Souvenir dengan harga 10-ribuan!

Manusia pertama di bumi dan Kehebatannya