Hari ke 6 || Inilah satu-satunya mesjid di Jeonju-Korea selatan
Bagaimana bisa membuat mereka mencintai agama islam dan tidak berpikir kita ekstrimis bila baru saja sedikit mereka tidak memahami, kita langsung mejustifikasi bahwa mereka ingin intervensi, - Goresan petang -
Masih ingat di kisah sebelumnya
ketika aku menceritakan mengapa aku datang untuk kedua kalinya ke mesjid jeonju
bersama Songhye? Membuat aku kembali berbincang lebih intensif bersama Abu
bakar dan berdiskusi lebih bersamanya mengenai islam dan muslim. Berikut aku
paparkan bagaimana kisah awal kunjungan ke satu-satunya mesjid yang ada di
provinsi Jeonju, Korea selatan.
Jauh sebelum keberangkatan, aku
sudah berencana untuk menyusuri setiap jengkal jejak islam di korea selatan. Mulai
dari mencari mesjid yang ada di kota yang akan aku kunjungi bersama rekan atau mencari
komunitas muslim di provinsi ini. Akhirnya aku pun menemukan, ternyata di
Jeonju, hanya ada satu satunya mesjid di provinsi ini. Aku bernafas lega dan
merasa sangat beruntung.
Harapanku ternyata terwujud,
Professor choi memang sudah mengatur jadwal agar mahasiswa Indonesia bisa mengunjungi
mesjid Jeonju, terlebih di hari jumat. Hal ini jelas membuat gembira, selain
pria bisa merasakan sholat jumat pertama di negeri orang, kami pun bisa
mengunjungi saudara kami sesama muslim di korea.
Awalnya,
Belanja dulu di Home Plus
Professor choi mengatakan bahwa
hari Jumat, kami akan diberikan hari bebas dari jadwal belajar bahasa korea dan
kunjungan budaya. Tapi sebetulnya, ini hari libur yang padat sekali. Kami harus
mengunjungi 5 tempat di hari yang sama. Benar-benar liburan.
Agenda pertama di hari libur,
kami diberikan kesempatan untuk mengunjungi Home plus, tempat ini sejenis
carefour kalo di Indonesia, hampir sama dari segi harga dan produk yang dijual.
Tempat ini bukanlah yang direkomendasikan untuk belanja para wisatawan, selain
harganya cukup melambung jauh, modelnya pun cukup banyak ditemui di Indonesia sendiri.
Tapi, home plus bisa dijadikan
untuk pilihan membeli makanan, coklat, rumput laut atau masker asli korea yang
harganya cukup miring. Jadi, bijaklah dalam berbelanja ketika ke tempat ini.
![]() |
Area Home plus |
“Professor choi, apa kita jadi
hari ini mengunjungi mesjid?”
“Sure ipah, kita akan
mengunjungi mesjid jam 12 siang setelah selesai belanja dan makan siang.”
“Tapi prof, hari ini adalah
jumat, pria muslim harus melaksanakan sholat jumat dan waktunya agak berbeda
dibanding dengan sholat biasa yang sehari lima kali itu. Pria muslim
melaksanakan sholat jumat hanya sekali dalam seminggu, kalo di Indonesia biasanya
sebelum dzuhur, tepatnya sebelum jam 12 professor”
“berapa lama ipah pria muslim
melaksanakan sholat jumat?
“kurang lebih 1 jam professor”
hingga pukul 12.30,"
“ hmm, begitu ya, berarti kita
hanya memiliki waktu belanja hiingga jam 10.30 saja, setelah itu makan siang
dan langsung menuju mesjid pukul 11.30 atau 11.45,”
“Tentu professor, itu hal yang
sangat bagus, terimakasih sudah mengerti”
“No
problem ipahni’
Setelah itu, professor pun
mengumumkan mengenai perubahan jadwal belanja berkenaan dengan sholat jumat
agar pria bisa melakukan persiapan.
Usai belanja kami bergegas utuk
makan siang bersama Council Jeollabuk of
social wefare (CJSW), ayam besar yang didalamnya sudah terdapat nasi. Kuahnya
lebih enak dan memiliki rasa meski kami tetap harus meminta garam kembali.
![]() |
Makan ayam terlezat se-Jeonju |
Tak perlu berlama-lama,
professor choi sudah menginstruksikan kami untuk segera bergegas ke bus. Kita akan
segera menuju ke mesjid.
Seluruh rekan mahasiswa
terlihat antuasias ketika menuju mesjid, sepanjang perjalanan aku tetap melihat
gambar mesjid Jeonju yang akan dikunjungi sambil membayangkan mungkin saja ada
sesama saudara muslim Korea atau negara lain ada disana.
Ternyata mesjid ini berada di
tengah pemukiman warga, bus tidak bisa memasuki kawasan ini, sempit. Akhirnya kami
berjalan kaki dari jalan utama menuju mesjid, tak jauh memang hanya 5 menit
saja.
“aku kok deg-degan ya, kayak
mau ketemu jodoh” ujarku pada teman-teman yang sedang berjalan beriringan.
kami pun tertawa bahak dan saling menyindir, soal jodoh memang sensitif.
Nyatanya saja iya. Takjub aku
dengan mesjid ini, lebih besar dari apa yang aku bayangkan mengenai mesjid yang
ada di negara minoritas. Mesjid ini diberikan kebebasan untuk mebangun kubah mesjid,
ada dua lantai. Lantai pertama untuk ruangan pengurus mesjid, toilet dan tempat wudhu
dan tempat sholat untuk pria. Lantai 2 diperuntukan untuk wanita.
Meski terlihat kotor dari luar,
mesjid ini tetap mengagumkan. Pasalnya dibangun oleh pendiri mesjid mulai dari tahun
1970-an, dirinya pun mengaku tertarik untuk datang ke Jeonju karena mendapat
kabar bahwa tak ada yang menyebarkan islam di korea. Akhirnya dia rela
meninggalkan keluarganya di suriah dan hijrah ke Jeonju hingga hari ini. Pria tersebut mengenal betul Indonesia, beliau menyampaikan salam untuk semua muslim
disini, Indonesia terkenal dengan penduduk muslim terbesarnya.
Awal kami datang, langsung
menuju lantai pertama dan mencari ruangan pengurus mesjid, terdapat sosok pria
paruh baya dengan gamis dan peci putih, lengkap dengan jenggotnya yang putih
pula.
“Assalamualaikum sauadaraku”
“Waalaikumsalam” kami serentak
menjawab
Pria paruh baya tersebut
memperkenalkan dirinya, Abu bakar. Beliaulah pionir dan pengurus mesjid ini.
Dosen kami pun menghampiri dan
berbincang bersama Abu bakar, Dosen kami berbicara mengenai tujuannya ingin
sholat jumat disini.
“Tentu saudaraku, sholatlah
disini, tapi ini belum waktunya, sebentar lagi baru adzan, pukul 12.30, namun
ketika adzan berkumandang, tak boleh ada satupun yang keluar dari lingkungan
mesjid hingga shalat jumat selesai”
Mendengar hal ini, Professor
choi pun menaggapi
“hingga jam berapa sholat jumat
ini berlangsung?”
“kurang lebih hingga jam 2, tak
lama”
Professor choi pun berbicara
bersama dosen kami bahwa kita datang sebelum waktunya dan ini terlalu lama.
“Bisakah kita hanya shalat
sebentar lalu pulang? Karena kami masih memiliki banyak sekali agenda padat
hari ini,” tanya Prof Choi
“Tentu tidak bisa, ketika adzan
berkumdang kalian semua harus tetap tinggal disini, ini adalah aturan” Ujar Abu
bakar
Kamu bukan muslim! Mereka adalah
muslim, kamu seharusnya menunggu atau ak tingal disni. sudah kewajiban mereka
untuk melaksanakan sholat jumat sebagai salah satu kewajiban.
Abu bakar mulai menaikan nada
suaranya mengenai hal ini dan membuat kami semua diam.
Aku melihat, menyaksikan abu
bakar ketika berbicara begitu keras terhadap professor, aku pikir, tak begitu
seharusnya memperlakukan Non muslim yang memang belum mengetahui mengenai
ajaran islam secara keseluruhan, Muslim belum terlalu familiar sepengamatanku
selama di Jeonju. Kami masih menjadi tontonan dan bahan pertanyaan orang
sekitar.
Prof choi sudah merengkuhkan
badannya tanda mendengarkan, Abu bakar tetap saja berbicara dengan suaranya
memberitahu mengenai aturannya.
Tak ku sadari, air mataku
menetes. Dilematis.
Satu sisi aku begitu paham mengenai
kewajiban yang dimaksud abu bakar, tapi aku tak bisa menerima perlakuannya
untuk berbicara terlalu keras pada orang yang belum mengetahui mengenai agama
islam. Aku pikir, selama aku belajar mengenai islam, tak boleh ada perlakuan
kasar dalam upaya untuk menyebarkan agama islam, tentunya selama batas
kewajaran dalam mencari pengetahuan.
Menurutku, ini keterlaluan. Dia
menggunakan nada keras kepada orang yang telah berusaha untuk membuka
pikirannya terhadap muslim.
![]() |
Dilematis |
Aku tetap menangis.
Tambah menangis ketika prof
choi menghampiriku dan malah bertanya.
“why are you crying?”
“maafkan aku professor, maafkan
atas perkataan abu bakar yang cukup keras berkata mengenai aturan agama kami
kepadamu di depan semua orang. Setahuku, kita masih bisa berbicara lembut
ketika memang professor belum mengetahui mengenai aturan ini dan hanya ingin
bertanya”
Keriput di pipinya menciut
sering dengan kerutan dahinya.
“Oh ipah, tak apa aku begitu
mengerti, tenanglah, tak ada masalah”
akhirnya setelah perbincangan
di mesjid, dosen kami mengatakan bahwa kami bisa untuk sholat jumat dimana saja
dan prof choi bersedia untuk menyediakan tempat untuk kami menunaikan shalat.
Kami pun pergi meninggalkan
mesjid.
“if you leave me, its mean you
leave the god”
![]() |
Ga mood di foto please :( |
Aku bingung. Aku tetap
menangis. Beginikah memang seharusnya memperlakukan dan memberitahu aturan
allah pada orang yang tak memeluk agama islam?
Kunjungan yang aku bayangkan
akan menjadi pelipur rindu sesama muslim antar negara, berakhir lesunya wajah
kami menuju ke bis.
Selama di bus, prof choi
mencoba untuk menghubungi rekannya di Community welfare centre (CWC). Beliau memastikan
bagaimana kesediaan tempat untuk kami ibadah.
“kalian bisa shalat di CWC,
sudah disediakan aula untuk kalian beribadah”
Prof choi pun senyum ke arahku
dan mengatakan bahwa semuanya baik baik saja.
Aku tetap menangis, entah
mengapa. Aku merasa, dia sudah seperti bagian dari keluargaku, meski beda
agama, aku yakin beliau orang baik.
Kami pun tiba di CWC dan
langsung menuju lantai 2.
Prof choi menyediakan aula
kosong, katanya ini adalah tempat missionaris ketika menyampaikan ajarannya
pula. Beliau memastikan apakah ini bisa digunakan untuk beribadah apa tidak,
bahkan dirinya pula yang membantu untuk melihat arah kiblat.
Pria pun sholat jumat dan
wanita menunggu di belakang hingga mereka selesai.
Aku termenung
Prof choi hanya berdiri di
belakang para pria yang sedang sholat.
“ipah, bolehkah aku
mengabadikan untuk merekam mereka ketika beribadah?
“tentu professor, silahkan,”.
Professor choi terus memandangi
bagaimana cara para pria sholat, aku melihat dirinya mulai penasaran.
![]() |
Prof choi mengamati para pria sedang sholat jumat |
Lalu dia berlalu keluar dan
kami para wanita berbicara penasaran.
“sepertinya professor tertarik dengan islam” ujar mereka berbisik.
Aku pun setuju. Mungkin dirinya
sedang mencari tahu. Mungkin saja.
Usai sholat, kami pun diminta
untuk mengunjungi sebentar supermarket binaannya beliau dan organisasinya. Sayuran
yang dikirim berasal dari petani lokal dan dibeli denga harga jauh lebih tinggi
dibanding pasaran.
Ada es krim rupanya, aku tambah
senang. Es krim kacang merah dari korea.
Aku suka.
Entah responku keliru atau
tidak, yang aku tahu selama aku belajar selama ini, kita harus berlaku lemah
lembut bahkan terhadap orang yang menyakiti kita, aku pikir non muslim memang
belum mengetahui bagaimana kebijakan agama islam, aturan baku yang memang harus
dilakukan. Bagaimana bisa membuat mereka mencintai agama islam dan tidak
berpikir kita ekstrimis bila baru saja sedikit mereka tidak memahami, kita
langsung mejustifikasi bahwa mereka ingin intervensi.
Komentar
Sungguh ternyata di negara korea selatan juga ada masjid.
Sungguh sesuatu yang luar biasa.
#Blogwalkingan