Hari ke 10 || Festival bunga rose di Gokseng VIilage
Setiap hari selama lebih dari
10 hari, para mahasiswa mengikuti pembelajaran bahasa
korea selama 3 jam setiap hari. Chonbuk National University (CBNU) memiliki
satu lembaga khusus untuk memfasilitasi para foreigner dari berbagai negara
untuk dapat mempelajari bahasa korea. Hampir 80% seluruh pembelajaran di kampus
ini menggunakan bahasa korea, tak khayal, seluruh mahasiswa yang menginginkan
belajar disini mutlak perlu fasih dalam berbahasa korea.
Usai belajar, kami dijadwalkan
akan melakukan perjalanan budaya ke Gokseng. Menurut Enjaeu dan Songhye, dua
mahasiswa pendamping dari hubungan internasional CBNU, tempat tersebut cukup jauh,
memakan waktu lebih dari dua jam. Kita dapat menikmati festival Bunga rose dan
menikmati jalan-jalan di taman.
Di luar dugaan, kami mengalami
cuaca yang cukup terik. Panas tepatnya. Kening mengkerenyit, namun tak
berkeringat. Hanya saja, mata kami semakin tertutup saking menahan silaunya
matahari. Gokseng lebih tepatnya seperti taman bunga dengan berbagai jenis rose. Merah, kuning, ungu bertebaran diseluruh hantaran taman. Cukup
luas dan panas.
Didomninasi lanjut usia
Nyatanya,
tak banyak pemuda seusia kami yang ditemukan dikawasan ini, lebih banyak
dikunjungi oleh keluarga muda baru atau lanjut usia. Golongan ini jauh lebih
banyak, iya para oma dan opa.
Jauh
dari kebisingan, bertemu dengan teman seusianya, berfoto santai di taman,
mungkin hal menyenangkan inilah yang kian dinikmati mereka. Rasa penasaran
muncul pun berawal dari jarangnya aku melihat anak kecil di korea selatan. Faktanya,
kini korea selatan sedang krisis angka kelahiran anak. Banyaknya angka kematian
tak sebanding dengan kelahiran. Rata-rata para pemuda di korea menikah diatas
30 tahun. Keren kan? Memperbaiki keturunan gih J
Aku
hanya menghabiskan waktu dengan berbaring diatas rumput sambil memandang danau,
dari kejauhan tampak sekelompok oma opa sedang berkerumun dan menghitung sampai
tiga untuk memukul gong. Penasaran, aku pun segera menghampiri.
![]() |
Saking panansya, hal terindah hanya tidur di rumput sejuk |
Aku
mulai ragu, tak ada satupun pemuda yang seusiaku ingin memukul gong seperti
mereka, semua lanjut usia. Aku mencoba bertanya, tak berhasil memberikan
jawaban. Aku bertanya menggunakan bahasa inggris, mereka menjawab dengan bahasa
korea. Lengkap sudah, hanya tersenyum bersama. Hingga pada akhirnya, aku hanya
melihat dari kejauhan, mungkin itu sakral, meski penasaran, akhirnya diam.
Hampir
satu jam berkeliling, akhirnya aku menemukan tempat yang membuatku betah
berdiam lama. Es krim! Ukurannya raksasa, satu panci penuh es krim kacang merah
dan beberapa cone es krim. Ini baru surga namanya. Tak pikir panjang langsung
sikat. Ukuran besar ini jelas cukup untuk 3-4 orang, aku pun memesan besama 3
orang temanku yang lain.
Usai pulang dari gokseng, seperti biasa kami langsung makan malam. Mencoba makanan baru, bebek panggang dan mie dingin. Bebek bisa kulahap sempurna, namun tidak dengan mie dingin. Baru saja mencoba kuah dan mie nya, selesai dalam satu sentuhan, tak sanggup kami melanjutkannya. Maafkan.
Komentar