Hari ke 11 || Mencoba baju tradisional Korea nyatanya tak bikin gemuk
![]() |
The Art Team - Join Volunteer CBNU - Unpas Januari 2016 |
Pada akhirnya, aku bertemu mereka. Kawan satu
timku ketika Januari kemarin melakukan kegiatan sosial bersama di pangalengan
selama 2 pekan. Chanmiya, Dahye, Songhyun, Serim dan beberapa kawan lain yang
saking sulit namanya susah untukku ingat. Maaf.
Tak terbendung lagi rindu diantara kami, meski tak
lengkap dengan keseluruhan tim, ini sudah mewakili. Beberapa dari mereka bilang
“bila saja aku fasih berbahasa inggris, atau kita bisa berkomunikasi dalam
korea, banyak sekali yang ingin kuutarakan, namun aku tak bisa untuk
mengungkapnya secara gamblang".
Aku hanya tersenyum simpul bercampur haru,
meski kami terhalangi oleh bahasa, tak menyurutkan kami untuk saling menyapa,
meski setiap obrolan harus tepotong entah mereka yang kehilangan kosa katanya
dalam bahasa inggris dan harus membuka kamus terlebih dahulu, atau aku yang
kesulitan menyampaikan maksud hingga harus menerjemahkan kepada salah satu
teman korea yagn lebih fasih inggrisnya. Ah, Kami selalu begitu, tapi itu menarik.
Tak apa pikirku, kehangatan sudah terasa ketika
kami berlima makan dalam satu meja bersama, saling bertanya mengenai kabar
masing-masing, progress dan rencana ke depan ketika sudah lulus. FYI, mereka
adik kelas, tapi mau lulus tahun ini juga. Iya, disalip terus oleh beberapa
kawan dalam dan luar negeri yang kebelet lulus.
Makan malam bersama yang tepatnya aku sebut makan
sore, karena malam jam 6 disini tak tampak oleh bulan, masih terang benderang,
tapi mereka sebut makan malam. Gelap akan muncul mulai dari 19.00/19.30, siang
lebih panjang di korea.
Acara ini sekaligus sebagai upacara penutupan program
the feeling korea. Masing-masing dari perwakilan tim Indonesia dan korea saling
bertukar perasaan, bukan cinta tentunya, melainkan mengenai seluruh kenangan,
persaudaraan yang kian terjalin meski dalam waktu singkat. Dalam acara tersebut
pun dihadiri pula para mahasiswa yang akan berkunjung untuk melakukan
kegiatan sosial yang sama di pangalengan Agustus mendatang.
![]() |
Chanmiya |
![]() |
Songhyun |
![]() |
Dahye |
Padahal, pertemuan kami di Indonesia cukup
singkat, namun persahabatan yang terjalin cukup mendalam. Mereka tak pernah
ingkar mengenai janji untuk saling mengunjungi. Dulu aku hanya mengkhayal untuk
mengunjungi mereka ke korea. Namun, hari ini terjadi juga. Mereka pun berjanji
akan berusaha untuk mencari cara agar bisa mengunjungiku kembali di Indonesia,
dan terbukti. Mereka mencarinya. Mengikuti kontes foto dengan hadiah
jalan-jalan ke negara tempat mereka kegiatan sosial. Iya, mereka akan ke Indonesia
lagi bulan juli nanti.
Usai kami makan malam bersama dalam acara
penutupan, mereka mengantarkan hingga menuju asrama. Kami berencana untuk pergi
keluar dan makan dessert bersama sebagian besar relawan yang pernah berkunjung
ke Indonesia. Tentunya tim lain yang tergabung bersama Resha dan Lukman juga turut hadir. Makan lagi
rupanya.
Lebih dari 10 relawan ikut berpartisipasi. Ah rindu
sekali rasanya, saling bercerita mengenai kuliah masing-masing, mengenai
asmaranya yang kian putus kandas, ada juga yang becerita mengenai beruntungnya
berpacaran bersama orang paling top sejurusan, macam-macam ceritanya. Tentu saja,
tak ada yang bisa aku ceritakan soal asmara. Tak berpengalaman aku soal itu. Mungkin.
![]() |
Jalinan persahabatan itu tak mengenai batas agama dan budaya |
Disela-sela jamuan coklat yang nikmat dan minuman
segar yang tentunya di tlaktir mereka, chanmiya menginginkan aku untuk
berbicara dengan keluarganya melalui video call. hal ini dilakukan semata-mata untuk membuktikan
bahwa dirinya sedang besamaku. Orang tuanya ketat dalam aturan pulang.
Alamak, mana mereka? Pikirku ketika sudah
terhubung dalam video call. Chanmiya bilang, orang tuanya tak berdandan dan
bersolek, belum cuci muka hingga malu untuk menunjukan wajahnya. Aku pun
berbicara dengan langit-langit rumahnya, tak apalah demi mereka.
Terlintas
dalam pikiran, khawatir terlihat makin gemuk!
Pada siang harinya, kami mengunjungi
kembali hanook village, bila di
Bandung, kita bisa analogikan dengan braga. Pusat oleh-oleh khas Jeonju lengkap
dengan rumah-rumah, bangunan dan pakaian yang masih terjaga originalitasnya. Kali
ini, aku pun berkesempatan untuk mencoba memakai hanbook.
“ngembang sekali roknya” pangkas temanku
“Wah bahaya, bisa kayak balon gelembung ini kalo
dipake sama aku ini mah”
Tak lengkap bila ke korea tanpa mencoba
menggunakan baju tradisional yang konon dulu sering digunakan dalam acara
pernikahan atau acara adat khusus. Kali aja abis pake ini, jadi nikah cepet. Ehhh
salah fokus.
Awalnya, aku pun diminta untuk memilih gaun
bawahnya, rupanya hanbook ini ada dua bagian. Pertama dress bawahnya yang
mengembang dan bagian kedua ada blazernya. Aku pun baru menyadari, oh ini toh
yang bikin roknya ngembang, aku menggunakan dress dengan bagian bawahnya seperti hulahup yang membuatnya tetap mengembang. Bentuknya memang semakin
kebawah semakin besar, namun, tak terlihat gemuk, malah sebaliknya, terkesan
kurus. Aku senang!
![]() |
Bilang aku kurus! |
Kami pun berkeliling menggunakan hanbook. Selain bajunya,
asesoris lain yang mendukung seperti tas jinjing kecil, sepatu putihnya harus
kami gunakan. Menariknya lagi, semua ini ditanggung oleh CBNU. Bila kamu
berniat memakainya, kamu bisa menyewa di banyak tempat di Hanook, berkisar
mulai dari 6000 won, tergantung dari kelengkapan asesoris yang kamu gunakan.
![]() |
salah satu bangunan tua di Hanook |
![]() |
Songhe - Ipah - Eunjae |
Ah seru bukan? Sayangnya ini hari-hari terakhir,
aku berjanji. Tahun depan aku pasti ke sini lagi. Ke korea lagi, mengunjugi
tempat-tempat yang lebih menarik lagi dan tentunya aku ingin menapaki
jejak islam lebih banyak lagi di korea selatan. Nanti dihari-hari khusus, akan
kubagikan cerita mengenai bagaimana keadaan dan kejadian menarik yang aku alami
ketika menjadi muslim di Jeonju. ada kisah menarik di satu-satunya mesjid di jeonju, tetiba diteriaki di pusat keramaian karena berjilbab. ah nanti ya, nanti.
Komentar