Juragan Kuat, Baby Atha!

Ada yang berbeda dengan lebaran tahun ini, hari kedua lebaran dijadwalkan untuk seluruh keluarga dan kerabat dekat berkumpul di rumah ibu. Hiruk pikuk menyiapkan aneka hidangan memang sudah menjadi hobi tak berkesudahan. Mulai dari rendang, Ketupat, aneka kue, rujak hingga cemilan siap menyambut para tamu dan keluarga yang akan satu persatu mulai sowan.

Aku, yang sering terbiasa mengurung diri di kamar ketika para tamu tiba, hanya muncul untuk bersalaman dan halal bihalal, biasanya akan langsung tenggelam dalam gelapnya kamar dan alunan musik instrumental. Ibu sudah biasa, tak pernah memaksa untukku tenggelam dalam pergaulannya. "Kalo ada tetangga dan keluarga yang dia suka ngobrol sama orangnya, pasti keluar "Ujar ibu.

Beryukurnya, promo open all channel dari tv langganan sungguh menggoda, mulai dari tayangan premiere, film ciamik hingga tayangan serial favorit nonstop hadir. Seakan mengerti akan aku yang berjanji untuk hibernasi dan mengurung diri selama liburan kerja menanti.

Siang itu, mendadak whatsapp-ku berbunyi. Kak Dika, kepala pantiku mengabari untuk menghubungi salah satu orang yang katanya akan menitipkan anak di panti.

"Pah, tolong kontak dia ya, katanya mau nitipin anak di panti".
"oke ka, nanti ipah kontak".
"pah, udah di tlp?"Tanya andika.

Ketika kak dika sudah bertanya untuk kedua kalinya, artinya urgenitas tindakan patut disegerakan. segera mungkin aku tekan nomor kontak yang diberi untuk dihubungi. 

"Halo pak, saya Ipah, dapat nomor bapak dari Pak andika, tadi telepon ya, gimana gimana?" Ramahku.
"Oh iya teh, ini saya .... (tut, tir, ded, dor, blu, cir, &%^&$^&&#^*%%*$%*) 
obrolan ini tak bisa aku jelaskan demi menjaga privasi dan kerahasiaan data anak.
"Oke pak, coba ketemu saya aja ya di panti. saya kirimkan alamatnya, sorean ya pak, jam 2an". jawabku.
"Waduh teh, tapi saya sudah di jalan, pake motor, kasian ini anaknya", Pungkasnya.
"Oh gitu, yaudah coba aja kesana sekarang, 15 menit lagi saya pergi".

Mengingat jarak yang diberitahukan oleh sang bapak dan jarak dengan panti terlampau dekat, sontak aku langsung mengingat siapa teman-teman yang sekiranya tidak mudik, dekat dengan panti dan bisa langsung menyambut sang bapak dan bayinya.

A nadil! 
Dia adalah salah satu mahasiswa yang rajin banget ke panti, bersama pacar dan seluruh rekan-rekan genk SMA nya sering datang ke panti, berbagi bahkan lebih dari sekedar relawan, udah kayak kakak kandung dan dekat dengan anak-anak.

"Halo A Nadil, lagi dibandung ga?"
"wah, iya nih teh, lagi dibandung. Kenapa kenapa?"
"Ini nih, ada bapak yang mau nitipin anak ke panti, belum tau sih keluarganya gimana, tapi bisa gak  ketemu dulu si bapaknya di panti, soalnya dia udah di daerah panti gitu, ipah lagi di jalan".
"Oh iya teh, siap. Saya langsung meluncur sekarang".

Sebetulnya, kata di jalan bagi saya adalah perjalanan berpikir mengenai apa yang akan dilakukan nanti. Diskusi panjang bersama kak dika mengenai keberlanjutan si bayi ketika nanti sudah berjumpa. mengingat panti yang masih kosong tak berpenghuni ditinggal seluruh anak-anak mudik ke sanak keluarga, Pak aep dan Umi yang merupakan pengurus panti pun sedang tak ada, munculah satu solusi, 

"dirawat di rumah ipah dulu yah, bisa ga? tanya kak dika"
"di rumah ipah ya, Hmm, Ipah tanya ibu dulu ya ka, selama ipah belum masuk kerja sih, gpp sebenernya"

Ibu saya sedang sibuk di dapur bersama teman-temannya, riuh berbicara mengenai trik resep agar makanannya rasanya ajip. Mulai diskusi seru mengenai bagaimana membuat jengkol tidak bau, trik agar perkedel yang dibuat lembut dan bentuknya bulat sempurna, hingga penamaan bahasa rujak yang hanya ibu dan teman teman sejawatnya yang mengerti.

Aku menepuk pundaknya lembut, aku berbisik pelan agar teman-temannya tidak kaget spontan.

"Bu, ada yang mau nitipin bayi di panti, tapi pak aep sama umi kan belum pulang, kalo dirumah kita dulu gimana?"

"Hah, bayi? sok atuh bawa aja kesini"Teriak ibu.

"Bu, ipah kan berbisik biar gak ada yang tau, lah ini ibu teriak jadi seisi rumah, tetangga sebelah sampe semua kucing kita jadi denger juga".

"Abis kaget"katanya.
"Aa sama teteh jadi kesini gak bu? terus tetangga lama kita juga pada kesini?"
"Iya, semua pada kumpul kesini, makanya pada masak banyak"
"yaudah, ipah pergi sebentar, jemput bayinya aja, nanti dibawa kesini, tunggu gitu ya ke aa sama teteh, udah lama gak ketemu"
"Iya sok, semoga ketemu sama bapaknya di jalan. Bapak si bayi beneran, bukan calon bapak bayi kamu nanti"

Yaelah, ibu becanda, Bisa aja. Aku aamiin ya.

Aku pun sengaja tidak membawa si putih kesayangan, mengingat karena berencana akan membawa bayi ke rumah ketika pulang, sudah dipastikan akan memesan moda transportasi mobil. Oya, aku paling gak suka kalo liat bayi dibawa sama orang tuanya pake motor, mending sekeluarga pake taksi aja tapi bayinya aman. Kasian angin-anginan, nanti gendut sama angin, bukan sama daging.

Gojek ku pun berpacu, lambat bagai kuya, sudah ditepuk berkali untuk ditambah kecepatannya, suaraku acuh sengaja tak didengarnya. 
"Pak, cepet ya, anak saya udah nungguin di jalan"
"Wah, tetehnya udah punya anak?"
"udah pak, ada 13, udah gede-gede semua, mereka kalo marah motornya bapak bisa gak ada rangkanya", Kesalku.

Akhirnya, motornya dipacu lebih, iya lebih hanya 10 km/jam nambahnya. Awalnya aku tengok speedometernya di angka 40km/jam, jadi 50km/jam, Ya lumayan.

Ketemu bapak + Bayinya

Gawaiku yang berhenti berdering, rupanya itu dari A nadil, ku rogoh saku untuk meraih gawai yang tertanam dalam di saku tas. Motornya hampir sedikit bergoyang akibat goncangan, untuk gojeknya sudah berpengalaman.

"Halo A nadil, kenapa?"
"Teh, ini pintu pantinya di kunci, yg dititipin juga rumahnya di kunci"
"Yaudah, ke KFC Metro aja ya, ini ipah lagi di belokan"
"Oke"

Aku pun tiba lebih dulu di KFC, aku kelilingin satu wilayah, tak menemukan A Nadil atau bapak yang membawa bayi.

"A nadil, ipah udah di KFC ya"
"Eh teh, jadinya di ngopdul, lupa gak ngabarin. Kesini ya"
"Fiuh, dasar pria!"

Aku temukan mereka di pojokan ngopdul. dua pria dengan satu bayi dalam salah satu pangkuan, gendongan merah dengan aksen winnie the pooh melilit di bahu sang pria, yang satu menenteng totebag biru polos yang berisi sepatu bayi dan perlengkapan lain.

"Oh, ini Pak (tut) yang saya tlp tadi, gimana gimana pak?
"Iya teh jadi gini ....."
"Coba saya liat bayinya ya pak."

Tarikan nafas saya dalam, cucuran keringat saya mulai menetes cepat, saya tempelkan punggung tangan saya ke kening, lengan dan kaki si bayi. aku mulai panik.

"Pak, ini bayinya demam tinggi"
"Waduh, gak tau teh, mungkin karena daritadi di motor"
"Bukan pak, ini kayaknya sakit. Terus kepalanya besar gini, bapak tau gak ini penyakit apa?
"wah, gak tau juga teh, pokoknya ini pas saya ketemu, sudah begini. Gak bisa tidur aja terus semaleman saya juga"
"Pak, gini aja deh, tinggalin identitas dan teman-temannya, jawab beberapa pertanyaan saya dengan jelas dan singkat, terus tanda tangan surat pertanyaan pengalihan pengasuhan dari bapak ke panti asuhan kami ya, pastikan kontak bapak tidak diganti, mudah untuk dihubungi dan bereaksi cepat ketika saya kontak ya. ini bayinya harus segera dibawa ke rumah sakit"

"A nadil, ini anaknya kayaknya Hydrocephalus, coba googling "Bisikku."

A Nadil pun sontak terdiam. Aku langsung mengambil si bayi dari pelukan sang bapak, berhubung aku tak bisa menggunakan gendongan, langsung aku bawa si bayi dalam dekapan, dipasangkan penutup kepala hangat dan kaos kakinya. Saya dan A nadil meluncur menggunakan mobil ke klinik terdekat.

Sebelum pergi, kami pun bertanya terakhir kepada si bapak tersebut.
"Oya pak, nama anak ini siapa?"
"Wah, itu teh, kita juga ngga tau"

Aku dan A Nadil pun hening dan hanya bisa saling bertatap penuh tanya.
Kami pun langsung menuju klinik harapan bunda, jaraknya hanya 3 menit dari ngopdul tempat kami bertemu, dalam mobil, kami berpikir keras mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan ketika di rumah sakit nanti.


Baby Atha menuju ke RSHS


"Kalo ditanya dokter, ini bayi darimana, jawabnya gimana ya teh ipah?"
"Kita pura pura jadi orang tuanya aja lah"
"Oke sip" 

Sang bayi pun langsung memasuki ruang gawat darurat rumah sakit ibu dan anak, kami langsung menidurkan si bayi dalam ruang tindakan dokter. Para tenaga medis harapan bunda pun bergerak cepat. Dokter pun bertanya singkat.

"Bu, ini anaknya dari kapan demam?"
"hmmm, gumamku"
"Ini udah kejang bu, demamnya mencapai 40 derajat, dia udah berapa kali demam?
"Waduh, ga tau ya dokter, tadi siang udah demam tinggi"
"Usia nya berapa ini bu?"
"Namanya siapa?"
"Ini Hydrocephalus, udah dari lahir gini apa gimana bu?"

"Teh, udah jujur aja, daripada nanti kita kenapa kenapa", Bisik A Nadil ditengah ujaran pertanyaan dokter tersebut kepada kami.

"Jadi gini dok, ini saya Ipah dan Nadil, kami berdua ini pengurus panti asuhan, Lalu siang tadi pukul 14.00 kami ...... *&$^$&#&^#^$&#*$^$*$"

"Hmm, oh gitu, jadi gak tau ya, ini bayi awalnya gimana"
"Iya dok, kami gak tau"
"Baik bu, ini bayi kami akan masukan obat anti kejang dulu ya, nanti tunggu sampai bayinya stabil dulu, setelah itu, karena kami tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, ini harus dibawa ke rumah sakit yang lebih besar"
"Kira kira berapa lama dok sampai bayinya stabil?"
"Nah, itu kita tunggu aja".
'kalo gitu, kami akan ke kantor polisi dulu dok, mengingat kami belum melaporkan mengenai kasus ini dan akan ke rumah sakit besar juga".

Hampir 2 jam kami tertahan di kantor polisi, ditanya ini dan itu, dianggap bayi kami sendiri yang dibuang lallu bersandiwara atau mencurigai asal usul bayi ditengah hidup dan mati si bayi. Untungnya, telepon dari dokter yang mengatakan sang bayi stabil pun kami sulap menjadi percakapan dramatis agar kami segera dibantu dalam pembuatan surat dengan polisi.

Dalam perjalanan pulang dari kantor polisi menuju klinik, kami pun berpikir mengenai satu hal tentang si bayi. Nama.

"A Nadil, mau nyumbang nama buat si baby ngga? siapa yang namanya? yang mewakili kejadian kita tetiba ketemu di bayi, di lebaran juga, apa kita mau namain andika? hahaha. Karena dia kan yang bikin kita jadi nemuin si bayi ini. Btw, Kak dika juga telepon kita untuk mengetahui update bayi hampir beberapa menit sekali."

"Wah, boleh juga tuh, gimana kalo namanya Atha?"
"Apa artinya tuh?"
"Kalo kata google mah sih, pemberian, berkah"
"Wah, bener tuh, bagus. Gimana kalo nama belakangnya, yahya. Biar jadi kayak nabi Yahya?"
"Atha Yahya ya teh, bagus juga tuh"
"Pake andika gak belakangnya?"
'Terserah teteh lah, gimana bagusnya"
"Atha Yahya Andika, Ah jelek, Gak usah ya, Atha Yahya aja"

Baiklah, 10 menit perjalanan pulang kami produktif, kami menemukan nama untukmu hey baby kuat. Atha Yahya.

Pukul 18.45, Tiba di UGD Rumah Sakit Hasan Sadikin

Atha Menggunakan Nama Baby Yayasan / Baby X


Tiba langsung menuju ruang UGD hasan Sadikin, kami langsung diarahkan untuk daftar dulu di meja registrasi. berhubung saya berat menggendong sang bayi, A Nadil yang langsung menuju meja registrasi dan bercerita mengenai kasus yang sedang kami tangani.

"Oh gitu, silahkan isi ini dulu sebagai form pihak yang akan bertanggung jawab" Ujar petugas.
"Oh iya pak, ini nama diisi dengan nama bayi atau nama yayasan?" Bayinya udah punya nama sih.
"Berhubung karena bayinya tidak ada datanya sama sekali, tidak bisa menggunakan namanya pak, kan tidak ada akta kelahiran dan kalian bukan orang tuanya. Jadi nanti ditulisnya Baby X / Baby yayasan.

Atha, Jujurnya, kami cukup tertohok dengan kabar itu, Nama indah yang kami berikan untukmu hanya berakhir untuk konsumsi kami sendiri. Kamu tidak bisa menggunakan nama itu di rumah sakit.
Akibat tidak adanya data, entah kamu berasal darimana, namamu hanya bisa menggunakan inisial semata. 

Pertama kali aku mendengar kamu menangis, suster cukup kesulitan mencari celah urat nadi untuk dimasukkan jarum infus. Katanya, kamu menolak minum susu, muntah terus.
Atha, lagi pengen dimanja ya :), kamu pengen kita yang minumin kamu susu, ditungguin setiap 4 jam sekali.

Dokter mulai mengetuk ngetuk ujung lututmu, memeriksa setiap badanmu yang mulai kaku. Kami penasaran bertanya, kenapa kamu begitu tegangnya hingga setiap bagian tubuhmu jarang sekali bergerak lentur laik baik pada umumnya.

"selain hydrocephalus, Bayi ini juga mengalami cerebral palcy"Ujar dokter.

Mendadak aku menyesal pernah mempelajari berbagai macam istilah gangguan kerusakan pada tubuh. Atha, kamu membuat kami terenyuh, begitu kuat dan sabarnya kamu untuk membuat kami tenang selama perjalanan hingga kini. ternyata memang sekujur tubuh kamu terindikasi lumpuh.

Satu hal lagi, dari awal kami mencoba untuk mengarahkan berbagai suara dan warna di depan kamu. Mulai kami yang berlaku tingkah lucu, warna warna terang kami tontonkan padamu, responmu hanya membisu. Atha, kami benci dokter pada malam itu, mereka mengatakan satu fakta lagi yang membuat kami pilu.

"Akibat dari cerebral palcy nya, bayi ini juga mengalami gangguan penglihatan, dia terindikasi buta".

Atha, biar kami ya sayang yang jadi mata untuk kamu melihat dunia nantinya. Kami berjanji akan menceritakan padamu deskripsi hewan-hewan lucu lengkap dengan suaranya. Menggiring kamu untuk merasakan hembusan angin, sejuknya air, hangatnya api, kasarnya tanah dan wanginya tanah sehabis hujan. Kami berjanji akan menceritakan pelangi, bagaimana dia selalu muncul di waktu yang tepat dan tak pernah mengingkari janji, selalu usai hujan.

"Bayi ini harus rawat inap, untuk mengetahui jenis dan tingkatan hydrocephalusnya, harus dilakukan CT Scan dan test darah. ini juga bisa jadi salah satu tahapan nanti ketika kalian akan berencana untuk operasi" Katanya.

Dokter pun menambahkan, setiap hari kamu harus dipacu untuk dipenuhi kebutuhan cairan. Setiap 4 jam sekali, kami harus bangun untuk memastikan kamu minum susu. Ada tabung kecil yang tersambung selang pendek di pinggir hidung kamu, tepat mengalirkan ke lambung. Perlahan kami harus memasukann setiap cairan susu melalui tabung itu untuk kamu minum. Atha, kami sudah berhati hati dalam menuangkan, ketika kamu tersedak atau muntah, kami telah hentikan. kamu emang bayi tukang protes kan :)

Atha, aku ingin tidur di rumah, aku izin untuk menghubungi orang yang menemukan kamu ya, biar dia yang gantian jaga kamu disini.

"Pak, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, bahwa sekarang Baby Atha sudah di rumah sakit hasan sadikin, saya ingin bertanya mengenai sesuatu, kalo bisa, bapak sekarang ke rumah sakit ya". Ucapmu di telepon kepada pak ujang, pria yang menemukanmu kemarin.

"Tapi saya gak ada motor teh, terus saya harus dagang,"ucapnya.
"Kita ganti pak modal dagang seharinya, kalo perlu saya pesankan gocar untuk kalian berdua agar tiba disini"tegasku.
"iya teh, saya obrolin dulu sama pak udin, nanti kalo bisa saya kesana"
"Wajib pak, kalo gak mau urusannya panjang, bapak harus kesini sama pak udin"

Atha, sejujurnya, aku kesal terhadap mereka berdua. Ingin aku obrak abrik dagangannya karena mereka lebih memperhatikannya barang dagangannya dibanding kamu, terlebih mereka datangnya lama sekali, tiga jam lamanya baru tiba. Atha, mereka berdua berbohong padaku, mereka tinggal di desa yang jauh dari kota. Mereka tetap tidak mengaku mengenal kamu. Coba nanti kamu curhat sama Tuhan ya, siapa sebenernya mereka ya.

Kondisi Atha Stabil

Pak udin dan pak ujang menyanggupi untuk menjaga kamu di rumah sakit. tapi, semalaman mereka diskusi ingin membawamu segera pulang, padahal dokter saja tidak bisa memperkirakan apakah kamu sudah bisa pulang atau belum. Tapi kedua orang tersebut bersikukuh ingin pulang karena dorongan dari kakak perempuannya. Terpaksa aku bertanya mengenai pulang paksa.

"Dokter, bagaimana keadaan baby yayasan?"tanyaku
"Sejauh ini kondisinya stabil, sudah berangsur baik"
"Alhamdulilah kalo gitu, berarti apa dia sudah bisa pulang?"
"Belum bisa dipastikan kalo itu bu, kami harus terus memantau keadaan pasien"
"Tapi, apabila keluarga atau yang merawat bayi tersebut menginginkan pasien pulang, bisa dok?"
"Oh bisa bu, pake surat pulang paksa, tapi apabila ada resiko diluar itu, kami tidak bertanggung jawab, sepenuhnya itu tanggung jawab keluarga"

Atha, nafasku berat, jengah pula melihat niatan dari kedua pria tersebut. Tapi Atha, aku juga tidak memaksa kehendak. Aku terpaksa memberitahu kepada mereka peluang untuk pulang paksa. Tapi, aku sengaja tidak menyelesaikan urusan adminstrasimu terlebih dahulu malam itu. Aku ingin mereka pulang seizinku, mereka harus memberitahuku dulu ketika mereka akan memboyongmu kembali ke kediaman mereka.

Atha, aku hibernasi, pulang pagi bangun pagi. gawaiku tak berhenti berdering, tapi aku acuhkan, itu dari pak ujang dan pak asep, aku ingin tidur, setelah semalaman kita bercerita mengenai pohon dan warna. Mereka tak berhenti menghubungiku. Aku bangun, aku membalas panggilan mereka dengan pesan teks.

"ada apa pak? sms saja ya"
"teh, bisa ke rumah sakit sekarang ga?"
"Waduh, kenapa pak, saya bisanya siangan"
"Ini teh, kata dokter, harus dipindah ke ruang tindakan".
"Kenapa bayinya? tolong tunjukin sms saya ke dokternya atau saya tlp aja ke dokternya untuk segera lakukan tindakan"
"Dokternya gak percaya teh, gak tau kenapa, cepetan kesini teh"

Atha, Maaf aku tak bisa cepat, ibuku juga baru saja  mengalami insiden kecil di kendaraan semalam, aku mengantar beliau dulu ke rumah sakit, baru menemui kamu.

Tindakan dokter beresiko kematian



Kedatanganku disambut sayu oleh dokter. Rupanya aku diajak duduk berdua. Dokter menjelaskan bahwa kondisimu kritis, kamu mengalami dehidrasi, suhu tubuhmu kembali meninggi, dokter harus melakukan tindakan venasection kalo gak salah namanya, tapi itu beresiko besar Atha. Kematian katanya.

Atha, aku termenung. bukannya semalam kita sudah banyak bercerita mengenai banyak hal, lalu kamu tetiba memberi kejutan?

"saya setuju dokter, silahkan lakukan apapun yang memang paling terbaik untuk bayi ini, kalo pun saya sedang diluar, dokter boleh tlp saya dulu apabila darurat, saya akan datang secepatnya lalu tanda tangan, kalo perlu, saya izinkan untuk suara saya direkam untuk dijadikan alat bukti ketika berbincang dalam telepon"Kataku.

"Boleh saya lihat kondisi bayinya dokter?
'Silahkan teh, dia ada di ruang tindakan sebelah ujung"

Atha, selang apa yang ada di tubuh kamu? kenapa banyak sekali? kamu pun sudah mengunakan tabung oksigen, seluruh tubuhmu membiru, seperti lebam. beberapa bagian tubuhmu menggumpal oleh cairan, matamu hanya setengah terbuka, tangan dan kakimu dingin sekali. Kaku pula.


dokter memberikanku secarik kertas, dia meminta salah satu anggota keluarga untuk mencari alat kesehatan ini agar tindakan untukmu segera dilaksanakan.

"ini NGT 3.5 teh, di rumah sakit ini gak ada, silahkan cari diluar, ada toko CBR di sebrang rumah sakit"jelasnya.

"Baik dok, saya akan segera cari"

Aku pergi bersama A Dodi, sepanjang perjalanan aku bergumam. Alat semahal dan sesulit apa sampai rumah sakit sebesar RSHS tidak memilikinya? sempat berpikir buruk, bagaimana bila kamu tidak tertolong sementara aku sibuk mencari alat? Ah, tapi pasti alatnya mudah ditemukan. Toh dokter begitu santainya memberikan pesannya padaku.

Atha, tokonya tutup. aku geram, tanganku mengepal. Spontan aku tekan nomor call centre rumah sakit. Aku bertanya dimana aku bisa mendapatkan alat kesehatan yang dokter maksud.

"Waduh, kalo selain CBR kami tidak tahu bu, coba di sakura"
"Gak tau? pak, yang bener aja, ini call centre rumah sakit masa gak tahu dimana aja bisa dapetnya, sakura itu dimana?
"Kalo alamatnya saya kurang tau bu"

Segera aku tutup teleponnya, sebelum aku mengumpat kesal pada petugas. Positifku, mungkin call centre rumah sakit juga outsource laiknya CS provider, berbeda letak perusahaan dan CS nya.

Sesegera mungkin kami menghubungi semua rekan petugas medis baik itu dokter, perawat yang kami ketahui. Dimana bisa mendapatkan alkes ini. Semua orang yang kami hubungi, mengarahkan kepada sakura, toko alat kesehatan yang super lengkap yang letaknya di Jl. Pajajaran sebelum perempatan, persis di sebelah kiri sebelum menuju rumah sakit cicendo. Dipacu lah motor kami menuju sakura. Atha, tokonya tutup juga.

Kami akhirnya menuju kimia farma, mereka mengatakan stock NGT nya kosong semua, bahkan di seluruh cabang. Kami memaksa untuk bertanya dimana lagi kami bisa mendapatkan NGT ini. Dia bilang "Coba ke rumah sakit swasta, coba ke borromeus, disana didalamya ada Sakura juga"

Aku dan A dodi tak pikir panjang, dipacu kembali motor kami menuju borrmeus. Jalan macet kami mencari celah agar tiba lebih cepat namun tetap taat aturan. Sialnya, Sakura di dalam borromeus juga tutup. 
kami akhirnya berdiam sejenak, berpikir tenang mengenai langkah yang diambil. merancang strategi rumah sakit mana lagi yang bisa kami tempuh.

"Melinda, Advent, mereka rumah sakit bagus. Masa gak ada" optimsinya kami.
"Bener teh, masa weh sekelas melinda dan advent gak ada, kita yang bingung" Tambah A dodi.

Atha, kami menuju melinda 2, waktu sudah menunjukan pukul 18.00, hampir 1.5 jam kami berkeliling, NGT kamu belum ketemu juga, oya ditengah perjalanan tadi, kami juga sempat menghubungi dokter RSHS kembali, bertanya mengenai opsi lain mengenai alat kesehatan kamu, pasti ada pilihan lain ketika NGT tidak bisa kami temukan. ternyata betul, NGT diganti saja dengan Umbilical Cath.

A Dodi menunggu di halaman parkir luar rumah sakit melinda, aku bergegas berlari menuju lobby rumah sakit dan mencari bagian farmasi.

"Permisi bu, saya mencari NGT 3.5 atau umbilical Cath, apa disini ada?
"Sebentar ya, kami cek dulu"
"Oh, kalo NGT 4 atau 5 mah ada, tapi sebentar"

Petugas pun riuh  bertanya kepada staff lain mengenai apa yang sedang dicari. inti terakhirnya adalah NGT yang kami maksud, tidak bisa ditemukan, begitu pula dengan umbilical cath. mereka tidak menggunakannya. tak henti di Melinda, kami kembali menyusuri menuju rumah sakit Advent, mereka pun bertingkah sama, tidak memilikinya.

Aku dan A Dodi meringis heran, mengapa hampir semua rumah sakit besar tidak memiliki barang yang kami maksud. Atha, kami hampir putus asa. Tapi, ada satu rumah sakit lagi yang penasaran untuk kami kunjungi. Rumah Sakit ibu dan anak Limijati.

Atha, akhirnya memang jodoh kamu di rumah sakit limijati. kami menemukan umbilical cath, itupun katanya karena ada dokter dari RSHS yang menghubungi limijati. Padahal kami yakin, bukan dokter kamu. Tapi kami gak ambil pusing, bilang saja memang iya. Agar cepat dan kamu segera dilakukan tindakan. Ternyata, itu selang Atha, selang yang panjangnya 40cm dan harganya hanya 90 ribuan. 

Atha, perjuangan kamu usai sayang ..

Kiri ke kanan
Ipah - Nadila - Nadhil - Faris - Imron - Dodi

Setibanya kami di rumah sakit, aku mengumpat langsung kepada para tenaga medis mengenai alat yang rumah sakit tidak miliki. Untungnya mereka bergerak cepat, kamu langsung ditindak. Dokter kembali menghampiriku, berbicara mengenai segala kemungkinan. Aku tegas katakan, bahkan apabila kamu harus pindah rumah sakit ketika memungkinkan, pindah saja.

Atha, dokter menyuruh kami untuk keluar dari ruangan selagi mereka melakukan tindakan, kami sempat melihat darahmu mulai tercecer. Lumayan lama ya kamu sama dokter. hingga akhirnya, ketika tindakan usai, dokter meminta kami untuk masuk. Dokter menjelaskan bahwa kamu sudah mulai kesulitan nafas, mereka telah berupaya untuk membantu kamu bertahan dengan memberikan beberapa kali bantuan.

Kami hanya berdiri di sekelilingmu, menjauh sedikit, masing-masing dari kami mulai menggumam untuk berdoa akan kesembuhanmu, kami membaca setiap lantunan ayat suci selagi dokter membuatmu bertahan. hingga akhirnya, dokter memangilku segera, lengkap bersama kakak-kakak yang membantumu.

Dokter sudah berupaya keras, ketika kamu memang kesulitan nafas, sudah dibantu sedemikian rupa, ternyata Atha sudah allah jemput. Atha sudah diangkat rasa sakitnya, Atha sudah dipanggil kembali oleh sang maha kuasa, ada yang lebih rindu atha pulang dibanding kami, ada yang paling mengetahui yang terbaik untuk Atha, yang paling menenangkan dan membuat nyaman, Atha sudah tenang.

Atha, terimakasih telah menjadi inspirasi selama tiga hari ini, ditengah segala hal yang menimpa kamu, masih sesekali untuk tersenyum dan menangis sebagai tanda bahwa kamu masih berjuang. Terimakasih juga Atha, telah memberikan pelajaran bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama meski iman adalah satu-satunya alasan kenapa kami harus ada membantu kamu. Atha, satu hal yang kami minta, bila suatu saat nanti ketika waktunya telah tiba pada kami semua, kamu tidak menemukan kami di surga. Rajuklah Allah Atha, untuk memanggil kami agar bisa bermain bersamamu di surgaNya allah yang paling indah. Kami janji Atha, agar menjadi sebaik-baiknya orang tua ketika nanti allah amanahkan kepada kami malaikat kecil yang akan menjadi penolong kami di akhirat nanti. Semoga Allah menjagamu dan menenangkanmu sempurna di sisiNya.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 lokasi cetak kain (sublimasi) dan lokasi hits beli kain polyester di Bandung. Cocok untuk pengusaha produk custom

Enam Rekomendasi Wedding Souvenir dengan harga 10-ribuan!

Manusia pertama di bumi dan Kehebatannya